
Pada penutupan dan penghujung tahun 2016 ini, untuk investasi saham masih sangat diminati oleh banyak orang. Berbagai kondisi baik itu adalah kondisi domestik maupun global selama periode tahun 2016 ini tentunya sangat mempengaruhi perkembangan atau penurunan dari investasi saham.
Lalu sekarang, bagaimana sebetulnya kondisi investasi saham selama tahun 2016 ini?
Perencana Keuangan Eko Endarto telah mengatakan bahwa, investasi saham pada penutupan tahun 2016 ini dinilai masih kurang stabil. Pengembaliannya pun jga dinilai tidak setinggi pada tahun-tahun sebelumnya, bahkan tahun ini lebih cenderung mengalami penurunan.
“hal itu adalah karena adanya efek dari luar, global. Dampaknya bisa dari pemilihan umum Amerika kemarin, perlambatan ekonomi juga sangat mempengaruhi, jadi harga saham tidak sebagus pada tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Eko Senin (22/12/2016).
Meskipun demikian, kata Eko, kondisi tersebut dinilai hanya terjadi sementara saja. Setelah kondisi dari perekonomian global sudah mulai membaik, maka minat untuk berinvestasi saham pun akan dapat menjadi lebih stabil. Terutama apabila melihat dari kebijakan yang nantinya akan segara diambil oleh pihak pemerintah AS selanjutnya.
“Akan tetapi untuk ke depannya harusnya lebih optimistis lagi. Karena sudah sangat jelas, Amerika mau seperti apa pergerakannya. Apakah sudah dilantik, presidennya akan melaksanakan semua janji-janjinya pada masa kampanye dulu atau tidak. Jika tidak, maka bisa jadi kita akan semakin berkembang menjadi lebih bagus lagi dari sebelumnya,” terang dia.
Dirinya pun telah mengatakan bahwa, sebetulnya apabila lebih pintar dan cermat dalam memilih jenis saham, maka keuntungan yang cukup tinggi bisa saja didapatkan oleh para pihak pemegang saham.
“Jika harga saham bisa di atas 20%-25%. Artinya adalah jika kita dapat saham yang lebih bagus, dan memilihnya lebih tepat, bisa saja dapat segitu banyak. Jadi intinya adalah bagaimana cara kita melihat dari luar dulu, Amerika mau seperti apa, cina juga mau seperti apa. Apabila sudah jelas pergerakannya, pasti akan menjadi lebih stabil,” tuturnya.
Mengutip data Infovesta, rata-rata imbal dari hasil reksa dana saham berdasarkan Infovesta Equity Fund Index, selama periode 30 Desember 2015 hingga 30 November 2016 akan mencapai 6,42%, masih lebih rendah apabila dibandingkan kinerja dari IHSG yang telah mencapai kenaikan 12,10%.
Apabila semakin dirinci secara lebih jauh, terdapat kinerja reksa dana saham yang telah mencatatkan imbal dari hasil hingga 51,197% dalam periode tersebut, yaitu Treasure Fund Super Maxxi.
Disusul Sucorinvest Equity Fund yang telah mencatatkan keuntungan 46,481%, Sucorinvest Sharia Equity Fund 40,424%, SAM Indonesian Equity Fund sebesar 39,405%, dan OSO Sustainability sebesar 34,075%.
Sementara itu rata-rata imbal dari hasil reksa dana campuran selama periode 30 Desember 2015-30 November 2016 sudah tercatat 8,02%, reksa dana dari pendapatan tetap 7,01%, dan reksa dana pasar uang adalah sebesar 4,23%.
Untuk obligasi pemerintah telah mencatatkan adanya keuntungan sebesar 9,06% selama periode 30 Desember 2015-30 November 2016 dan obligasi korporasi sebesar 8,91%.
Apabila pembaca membutuhkan bantuan dan pendampingan tentang perkembangan bisnis dan konsultasi bisnis atau seputar software akuntansi, silahkan hubungi 0818521172, atau email ke groedu@gmail.com atau groedu_inti@hotmail.com
Sumber : Klik disini