Setiap industri manufaktur pasti memiliki yang namanya engineering internalnya masing-masing, memang tidak terlalu berpengaruh besar dalam proses industry manufaktur namun sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran dari proses manufacturing, bayangkan saja apabila mesin-mesin produksi tersebut sampai macet atau rusak, lalu apa yang akan terjadi? Apakah bisa berproduksi? Karyawan bagian produksipun akan menganggur, hasil produksi semakin terhambat dan tidak bisa maksimal serta, pendapatan bisnis akan semakin menurun.
Dan selanjutnya ini adalah tugas siapa untuk memperbaiki segala kekacauan tersebut? Tentu saja itu adalah tugas utama dari tim engineer internal perusahaan dan tahukah Anda bahwa engineering sendiri merupakan suatu ilmu khusus bidang keteknikan yang telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar mampu dalam mempermudah Anda dalam melakukan sesuatu.
Peran dari engineering ini setikdaknya mampu dalam mengatasi atau meminimalkan berbagai kemungkinan permasalahan yang terdapat di sekitar kehidupan sehari-hari dari hal yang terkecil sekalipun sampai dengan yang besar dengan peralatan yang bertujuan untuk semakin memudahkan pekerjaan manusia, itulah konsep dasar dari engineering.
Sejak penemuan Mesin uap oleh James Watt tahun 1764 dan menjadi pendorong utama dalam terjadinya Revolusi Industri pada Abad 18, Engineering menjadi bagian yang sangat tidak bisa terpisahkan dalam perkembangan manufacturing dunia. Sejak saat itu, penggunaan mesin-mesin dalam dunia industri sudah menjadi kebutuhan mutlak dalam berbagai aktivitas produksi dan manufacturing.
Peran Engineering dalam Perusahaan Manufaktur
Sudah menjadi hal yang sangat wajib bagi setiap perusahaan, terutama yang bergerak dalam bidang manufaktur (perusahaan yang memproduksi barang) harus memiliki fungsi engineeringnya sendiri. Beberapa Perusahaan memang menggunakan istilah lain seperti Maintenance, dalam konteks manufacturing, istilah-istilah ini sebenarnya memiliki arti yang kurang lebih adalah sama.
Engineering dalam Industri manufakture Nasional memiliki nasib yang sedikit berbeda apabila dibanding dengan saudara kandungnya “bagian produksi “, sekarang coba tebak, dimana biasanya ruang engineering/maintenance ini dalam layout denah pabrik (industri)? Tentunya kebanyakan adalah di belakang bukan? Hamper mirip dengan denah rumah di kebanyakan masyarakat jawa, Ruang tamu didepan, sedangkan dapur biasanya dibelakang. (memang berbeda lagi apabila di Bali, Dapur yang justru ada di depan). Tidak semua memang, namun kebanyakan adalah seperti itu.
Beberapa perusahaan Jepang yang sudah menerapkan Total Produktif Maintenance (TPM) memiliki gaya yang lebih berbeda. Mereka biasanya akan menggabungkan struktur Maintenance dengan produksi. Dan imbasnya adalah, ruang maintenance benar-benar di dalam lingkup area produksi. Kondisi seperti ini memang seperti sebuah tuntutan, dalam TPM, hampir semua personel produksi adalah memiliki fungsi maintenance, tentunya dengan ruang lingkup yang lebih kecil dan memang sebelumnya sudah ditentukan, maka dari itu sama sekali tidak mengherankan apabila hampir disemua mesin yang bertebaran SOP perawatan mesin standard yang biasanya dilakukan oleh para operator, tidak perduli itu dia adalah laki-laki, perempuan, anak muda, sampai dengan bapak-bapak seumuran tua, menjadi kewajiban mereka untuk mampu dalam menjalankannya.
Meskipun memiliki Maintenance dalam setiap depertemen/divisi produksi, namun tetap saja perusahaan jenis ini masih memerlukan Maintenane Central (Engineering Pusat). (Dan tetap saja posisinya masih selalu dibelakang) koq masih perlu? bukannya mereka sudah menerapkan TPM???? Eh, tunggu dulu, memang dalam struktur maintenance dalam internal produksi efektif untuk menunjang segala aktivitas produksi dalam menangani fungsi-fungsi maintenance secara reguler (umum). Seperti :
1. Aktivitas Inspection (Inspeksi).
2. Lubrication (Pelumas).
3. Parts Replacement (Penggantian Spareparts).
4. Overhoul.
5. Regular Machine Problem Solving (Pemecahan Masalah Mesin Reguler).
6. Technical Improvement (Peningkatan Teknis).
Akan tetapi (ada tapinya), apabila sudah berhubungan dengan pembuatan spare parts/machining yang membutuhkan mesin-mesin workshop dan membutuhkan lead time pengerjaan yang relatif lebih lama, maka sangat tidak efisien apabila dari setiap divisi produksi memilikinya bukan? Untuk itulah maintenance central/factory masih tetap dibutuhkan.
Seiring dengan perkembangan perusahaan, maka aktivitas workshop inipun juga semakin berevolusi dan berkembang pesat menjadi sebuah divisi machinery (perusahaan permesinan), tidak hanya sebagai parts making (bagian pembuat), namun sudah menjelma menjadi machine maker atau pembuatan mesin. Machinery, tidak hanya membuat mesin-mesin “standard”, namun sudah mampu dalam merancang dan merakit (design & Assembling) type-type atau jenis-jenis permesinan yang benar-benar sudah ter-upgrade, dalam memenuhi berbagai kebutuhan dari divisi produksi, up-grading ini umumnya meliputi:
1. Kapasitas mesin yang semakin lebih besar.
2.Tingkat presisi dari produk yang semakin tinggi.
3. Kemudahan dalam hal perawatan mesin.
4. Keamanan dan kemudahan dalam pengoperasian mesin.
5. Ketahanan mesin/Realibility yang semakin membaik.
6. Design yang menarik, modern, bahkan sudah futuristik.
7. Terintegrasi dengan Sistem Informasi Machinery Division biasanya telah dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki skala pasar dan operasi yang lebih besar.
Posisi dari bagian maintenance dalam layout denah perusahaan diatas, maka anggap saja tidak terlalu penting (dan memang benar-benar tidak penting), posisi ruang pada bagian belakang jauh lebih pas, karena bagian ini lebih identik dengan penyimpanan mesin/parts yang tidak terpakai, dan “terlihat kurang atau bahkan tidak bersih/not clean at all”. Namun gambaran dari perusahaan Jepang tadi, mudah-mudahan dapat semakin memberikan sedikit masukan bagi Anda semua, bahwa ruang maintenance tidak selalu identik dengan ‘ tidak clean alias tidak bersih”, akan tetapi bisa menjadi salah satu bagian integral dalam layout denah produksi, meskipun untuk kategori food manufacturing.
Bahkan seorang Teknisi dari luar yang pernah melakukan overhoul besar-besaran dengan cara menggunakan wearpack (perlengkapan) serba putih, dengan tangan yang benar-benar clean. Dan sekali lagi, bukan pembenaran masaal apabila seorang teknisi maintenance harus identik dengan pekerjaan-pekerjaan yang serba kotor dan terlebih lagi serba berlumuran oli dari mesin. Dan bisa dipastikan bahwa setiap perusahaan manufacturing sudah pasti memiliki fungsi engineeringnya masing-masing, meskipun dengan format dan size yang berbeda-beda tergantung dari jenis perusahaan manufacturingnya masing-masing.
Apabila pembaca membutuhkan bantuan dan pendampingan tentang perkembangan bisnis dan konsultasi bisnis atau seputar software akuntansi, silahkan hubungi 0818521172, Office (only call no sms) : 081-59417699 atau email ke groedu@gmail.com bisa juga groedu_inti@hotmail.com