Kali ini konsultan manajemen autopilot akan sedikit membahas tentang manajemen laba. Sebenarnya laba yang terdapat pada laporan keuangan merupakan satu parameter yang paling sering digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai bagaimana kinerja dari perusahaan. Hal ini mengakibatkan para pengguna dari laporan keuangan akan menjadi lebih berfokus terlebih dahulu pada angka laba tersebut sebelum mereka melihat angka-angka lain yang akan disajikan di dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil kinerja keuangan perusahan yang sudah dilaporkan dalam bentuk laporan. Laporan keuangan juga merupakan satu bentuk informasi yang sudah dihasilkan oleh pihak manajemen untuk kebutuhan pihak eksternal sebagi pertanggungjawabannya dalam hal pengelolaan perusahaan.
Sebagian besar dari kinerja manajemen akan diukur dari besarnya nilai laba yang mampu dihasilkan. Manajer akan semakin didorong untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya. Namun untuk kesempatan dan akses yang dimiliki oleh pihak manajemen pada perusahaan sendiri jauh lebih luas daripada pihak eksternal perusahaan. Maka muncullah asimetri informasi (ketimpangan informasi) yang dimilki antara pihak manajemen dengan si pemilik perusahaan yang bisa menyebabkan terjadinya moral hazard.
Pihak manajemen selain harus bertanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para pemegang saham, juga membutuhkan adanya kesejahteraan bagi mereka sendiri. Perbedaan kepentingan seperti ini dapat menjadi masalah yang disebut dengan permasalahan keagenan. Perbedaan kepentingan, ketimpangan informasi yang dimilki antara para pemilk perusahan dengan pihak manajemen yang memberikan sedikit ruang untuk manajemen dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan pribadi selain dari keuntungan dari para pemegang saham.
Beberapa pola-pola dasar dalam teknik manajemen laba dari konsultan manajemen autopilot, yaitu:
1. Taking a bath
Pola manajemen yang sudah dilakukan dengan cara membuat laba periode berjalan untuk menjadi sangat ekstrim kecilnya bahkan dapat mendekati hampir mencapai kerugian. Penyajian laba yang lebih rendah dari pada laba sebelumnya biasanya banyak terjadi setelah adanya reorganisasi perusahaan. Perusahaan yang sudah membentuk manajemen baru, perusahan akan mengganti pimpinan CEO. Selain itu tekanan dari organisasi juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada pola manajemen laba.
Tujuan dari strategi ini adalah tidak lain agar kinerja dari manajemen baru tampak lebih baik apabila dibandingkan dengan kinerja dari manajemen sebelumnya. Terdapat adanya sebuah hipotesis yang sudah diajukan, apabila terjadi pergantian pimpinan manajemen dalam tahun berjalan, maka nilai laba pada satu periode berjalan akan menjadi semakin turun dan akan naik pada periode berikutnya. Penurunan laba memang sengaja dilakukan agar kinerja dari CEO baru dapat diapresiasi. mengalihkan kesalahan perusahaan, kinerja buruk perusahaan pada manajer lama.
Pada pola seperti ini manajemen akan mengakui beban-beban dari periode yang akan datang terlebih dahulu, beban-beban yang akan ditanggung pada periode mendatang akan diakui pada periode berjalan. Perkiraan-perkiraan beban yang nantinya akan terjadi pada periode mendatang akan langsung diakui pada perode sekarang. Bahkan untuk nilai kerugian dari periode mendatang lebih ekstrimnya lagi. Dalam menjalankan pola taking a bath pihak manajemen akan melakukan disposal terhadap beberapa aset-aset milik perusahaan.
2. Income Minimization.
Pola ari manajemn laba seperti ini lebih banyak dilakukan dengan cara menyajikan laba perusahaan jauh lebih rendah daripada nilai laba yang sesungguhnya. Pola seperti ini jauh lebih halus daripada pola taking a bath diatas. Penurunan laba yang akan dilakukan oleh pihak manajemen tidak se extrim ketika mereka menerapkan taking a bath.
Kebijakan seperti ini dilakukan dengan tujuan agar tidak sampai mendapatkan perhatian secara politis. Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa tarif pajak atas penghasilan lebih bersifat progresif, bertingkat yang artinya bahwa wajib pajak harus membayar pajak dengan tarif pajak tertentu apabila penghasilan mereka berada pada kelompok tarif tertentu juga. Misalnya penghasilan perusahaan yang sedikit melebihi batas maksimal pada kelompok tarif pajak tertentu. Hal yang paling masuk akal adalah menurunkan angka laba agar tidak sampai berada pada kelompok tarif pajak yang jauh lebih besar lagi. Pada akhirnya beban pajak yang seharusnya akan dibayarkan oleh perusahaan menjadi tidak sebesar yang seharusnya.
Kebijakan yang akan diambil dapat berupa tidak mengakui beberapa barang modal, setoran modal dari para investor. Selain itu aktiva tidak berwujud juga bisa tidak diakui. Namun pada sisi biaya perusahaan biasanya harus membuang beberapa pos penting seperti beban iklan, pengeluaran oleh bagian personalia, dan lain sebagainya.
3. Income Maximization.
Pola manajemen laba seperti ini lebih banyak dilakukan dengan cara menjadikan nilai laba nampak jauh lebih tinggi daripada yang seharusnya. Angka laba periode berjalan yang tampak jauh lebih tinggi daripada yang seharusnya.
Manajemen perusahaan yang lebih berorientasi kepada laba akan memberikan insentif yang lebih tinggi kepada manajemennya apabila mereka mampu meningkatkan laba, laba akan smakin bertumbuh seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan. Bagi pihak manajemen hal seperti ini merupakan kesempatan yang paling bagus untuk memperkaya diri sendiri. Dengan demikian, maka manajemen laba dengan adanya pemaksimalan dari angka laba yang lebih bermanfaat apabila digunakan sebagaimana mestinya. Dalam kasus seperti ini manajemen laba harus dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Selain untuk tujuan pencapaian laba yang lebih tinggi juga bonus bagi manajer juga digunakan untuk menghindari terjadinya pelanggaran kontrak untuk jangka panjang, pemaksimalan laba yang dilakukan untuk menunjukan kepada para investor bahwa perusahan ini juga berpotensi besar untuk memaksimalkan kesejahteraan dari pemiliknya. Perusahaan akan berusaha untuk menarik para investor, baik dari kalangan investor lama untuk tetap bertahan dan semakin meningkatkan nilai investasinya atau bagi para investor baru dengan menunjukkan angka laba perusahaan yang cukup fantastis. Teknik Income Maximization biasanya seringkali dilakukan pada saat perusahaan sedang melakukan IPO, Initial Public Offering. Yaitu dimana perusahaan yang baru saja mendaftarkan diri pada pasar modal.
Teknik yang paling sering digunakan adalah dengan mengakui pendapatan lebih awal, mengakui pendapatan periode mendatang pada periode berjalan dan membuat pendapatan tampak lebih besar daripada yang sebenarnya adalah dengan cara melakukan revaluasi atas asset tetap perusahaan, menilai kembali masa manfaat dari asset tetap. Penilaian kembali dari asset tetap dengan masa manfaat yang jauh lebih panjang akan lebih memungkinkan bagi perusahaan untuk mendapatkan angka laba yang jauh lebih besar daripada sebelumnya, karena begitu besarnya beban depresiasi atas asset tetap akan menjadi lebih kecil.
4. Income Smoothing.
Manajemen laba dengan adanya pola seperti ini menjadikan angka laba jauh lebih konsisten, yang artinya adalah angka laba masih tetap dari periode ke periode selanjutnya/rata/ tidak menunjukan adanya kenaikan maupun penurunan. Income smothing juga biasa disebut dengan metode manajemen laba untuk tujuan perataan laba.
Tujuannya adalah agar kinerja perusahaan dapat terlibat menjadi lebih stabil. Pola seperti ini lebih banyak digunakan sebagai dasar bahwa para investor menjadi lebih senang dengan kinerja operasional yang lebih dapat diandalkan, angka dari laba yang lebih stabil, lebih konsisten sehingga perusahaan akan terlihat memiliki resiko bisnis yang jauh lebih kecil. Angka laba yang lebih stabil mampu memberikan informasi detail kepada para investor atas nilai laba dimasa depan. Salah satu ciri dari laporan keuangan yang baik adalah memiliki angka laba yang tetap stabil. Hal yang paling diharapkan dari manajemen laba dengan teknik income smothing ini adalah perusahaa dapat meningkatkan nilai sahamnya.
Teknik yang banyak digunakan oleh manajemen dalam melakukan pola seperti ini adalah dengan cara menyimpan beberapa penghasilan pada periode berjalan, tidak mengakui beberapa penghasilan yang sudah diterima pada periode berjalan. Penghasilan pada periode berjalan akan diakui pada periode mendatang jika laba yang ditunjukan oleh perusahaan dibawah angka laba yang diharapkan.
Manajemen laba yang paling banyak dilakukan baik dengan teknik Taking a bath, Income Minimization, Income maximization dan Income Smothing memang sengaja dilakukan oleh pihak manajemen dan penggunaan beberapa teknik tersebut tidak melanggar hukum, hanya memanfaatkan beberapa pilihan dari metode akuntansi untuk mengendalikan angka labanya, begitu pula dengan akuntansinya, sepanjang perusahaan tidak memanipulasi nilai labanya. Meskipun tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi secara umum, namun manajemen laba dapat mengurangi tingkat kepercayaan dari masyarakat pada laporan keuangan yang sudah dihasilkan. Teknik dari manajemen laba hanya lebih banyak berfokus kepada komponen dari arus kas, Discretionary accruals dalam menetukan berapa besarnya laba perusahaan (IRW).
Apabila pembaca sekalian membutuhkan pelatihan manajerial, software Accounting, serta software HRD dan Payroll silahkan hubungi groedu@gmail.com atau kontak 081-8521172 atau 081-252-982900. Kami siap membantu Anda.